Bertamu ke Puncak Tertinggi Jawa

Untuk mengisi libur panjang natal dan tahun baru 2012. saya bersama ReLya Bagus Ariesta, , Wahyu Ismail , Irma NL JinggoJinggo , IFan Agus P dan Zakah Robbi. Melakukan pendakian ke Gunung Semeru.

Perjalanan yang melelahkan

Perjalan menuju Ranu Pani yang merupakan desa terakhir di kaki gunung semeru di mulai pukul 22.00 WIB dari kota Surabaya. Dikarenakan keinginan yang begitu besar untuk segera menginjakkan kaki di Puncak tertinggi pulau jawa, rasa dingin yang menusuk tulang kami hiraukan. Tidak terasa waktu sudah menujukkan sekitar pukul 1 pagi dan menginggat medan yang akan di lalui begitu terjal dan penerangan jalan yang minim, kami memutuskan untuk berhenti dan istirahat sejenak di Mushola yang bersebelahan dengan pintu masuk air terjun pelangi di kabupaten malang.

Selepas shalat subuh, iring-iringan 4 motor ini meninggalkan mushola yang di bangun oleh Mahasiswa jurusan teknik Mesin ITATS yang sedang melakukan KKN beberapa tahun yang lalu (saya lupa tahun berapa mushola tersebut dibangun,red) dan menuju ke Ranu Pani.

Selama perjalan yang memakan waktu 1-2 jam dari pintu masuk air terjun pelangi ke Ranu pani, terlihat jelas pemandangan yang begitu indah berupa bukit-bukit yang hijau dan indah, mirip sekali dengan bukit yang ada di film teletubies. Perlu di garis bawahi, pemandangan serupa tidak akan pernah ditemukan di kota Pahlawan.





Sambil menikmati pemandangan yang begitu indah, tidak terasa kami telah sampai di Ranu Pani.

Begitu tiba di Desa Ranu pani, kita bisa langsung melakukan registrasi di posko Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sambil melihat pemandangan berupa danau yang di kenal dengan danau Ranu Pani.Di Pos penjagaan ini, terdapat warung yang menyediakan aneka kebutuhan. Dari kebutuhan perut (Baca : aneka makanan)hingga aneka Pernak-pernik yang berkaitan dengan gunung semeru.

Setelah menggurus perizinan pendakian yang ketat (untuk bisa mendaki ke semeru, setiap pendaki harus menyerahkan foto copi Identitas diri serta surat keterangan sehat.Tidak itu saja, kami harus menandatanggani surat pernyataan yang bermaterai dan isinya pendakian hanya diizinkan sampai Kalimati dan apabila melanjutkan ke Arcopodo dan Puncak Mahameru, pihak TNBTS tidak menanggung resiko apabila terjadi kecelakaan ) kami segera bergeser menuju ke Ranukumbolo.


Pendakian dari Ranu Pani menuju ke Ranu Kumbolo memakan waktu kurang lebih 3 hingga 5 Jam perjalanan. menyusuri lereng bukit yang di dominasi dengan tumbuhan alang-alang serta Jalur pendakian yang landai, memudahkan pendaki untuk menuju ke Ranu kumbolo.


Setelah melakukan perjalanan sepanjang 5 km, kami menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi bunga edelweis. Pemandangan yang sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus.


Antara Ranu pani ke Ranu kumbolo, kita akan melewati 4 pos yang di gunakan para pendaki untuk melepas lelah. Hampir 2 jam kami berjalan, namun tanda-tanda kami mendekati Ranukumbolo tidak tampak, yang ada hanya pepohonan yang rapat. Jalur terasa semakin landai, tak lama kemudian, tampak datar kebiruan di depan kami, kami mempercepat langkah lalu tampaklah Ranukumbolo di depan kami, ,SUBHANALLAH, begitu indah. Kami pun semakin cepat dalam melangkah untuk meuju danau yang di keliling bukit-bukit curam itu.

Sehari di Ranu Kumbolo

Ranu kumbolo, sebuah lembah dan terdapat danau yang luasnya 12 ha. Dengan ketingian 2.390 mdpl membuat Ranu Kumbolo bersuhu rata 3 – 8 derajad celcius di malam hari dan dini hari. Di danau ini, kami bermalam 1 hari untuk beristirahat serta menggisi perbekalan sebelum melanjutkan pendakian ke kali mati.




Walaupun udara terasa sangat dingin, tidak membuat para pendaki untuk bersembunyi di dalam tenda d pagi hari. Para pendaki yang berasal dari beberapa daerah di Nusantara berkumpul di pingir danau sambil menikmat pemandangan yang begitu Indah. Tidak sedikit dari mereka mengabadikan pemandangan di Ranu Kumbolo.





Perjalanan ke Kali Mati

Setelah puas menikmati pemandangan di Ranu Kumbolo, saatnya kami bergeser ke Kali Mati. Kali mati adalah lapangan luas berpasir pada ketinggian 3210 mdpl . Sebelum ke kali mati Kami menyiapkan logistik terutama pasokan air. 6 Botol air mineral ukuran 1,5 Liter kami isi penuh. Sayang, tidak semua melanjutkan ke Kalimati, dengan pertimbangan waktu karena besoknya harus kerja, , Wahyu Ismail dan Zakah Robbi harus kembali ke Surabaya.



Kami melangkah kan kaki menuju kali mati sekitar pukul 11.00, dan langsung di hadapkan tanjakan cinta, tanjakan terjal untuk mencapai bukit keluar dari Ranukumbolo. Entah kenapa bernama tanjakan Cinta? Yang kami tahu ada mitos dan banyak pendaki yang percaya bahwa jika kita mampu mendaki Tanjakan Cinta tanpa berhenti dan tidak menoleh ke belakang sambil terus memikirkan orang yang kita cintai.,maka hubungan cinta kita dengan orang tersebut akan langgeng dan terus bertahan.




Setelah sukses menaklukan Tanjakan Cinta, dihadapan kita tampak hamparan sabana oro oro ombo lembah yang dikelilingi bukit.,seluruh permukaan lembah ditutupi ilalang setinggi perut. Kami berempat menyempatkan diri untu berfoto di Oro oro Ombo. Mirip hamparan sabana yang di Afrika.




Setelah melewati Oro oro Ombo, sampailah kami di cemoro kandang. Entah mengapa di beri nama Cemoro kandang, mungkin di sekeliling jalan setapak terdapat pohon-pohon cemara.

Cuaca yang kurang bersahabat menemani perjalanan kami menuju Kalimati. Jalan yang licin, membuat kami yang sudah basah kuyup diguyur hujan di cemoro kandang harus lebih berhati-hati dalam melangkah. Sempat beberapa kali kami hampir terpeleset di karenakan medan yang licin dan akhirnya kami berpencar menjadi 2 Kelompok di karenakan medan yang kurang bersahabat ReLya Bagus Ariesta bersama Irma NL JinggoJinggo
berangkat duluan untuk segera memasang Tenda sedangkan saya dengan IFan Agus P menyusul.

Tampak kejauhan terlihat lapangan luas yang berpasir dengan edelweis di sana-sini, terlihat juga beberapa tenda terpasang. Ya... Itu adalah Kalimati, kami pun bergegas untuk segera sampai di tempat tersebut. Syukurlah, tenda yang di bawa oleh ReLya Bagus Ariesta dan Irma NL JinggoJinggo sudah berdiri tegak di kalimati.







kami istirahat sejenak untuk melepas lelah setelah melahap makanan yang di sajikan oleh koki kami Irma NL JinggoJinggo, sambil Di hinggapi rasa cemas di hati di karenakan hujan belum juga reda sedangkan kita harus segera bergeser menuju ke Puncak Mahameru dini hari.

Waktu menujukan tepat pukul 11 malam, kami segera menyiapkan perbekalan yang akan di bawa menuju Puncak Mahameru. kami sempat menyantap kacang hijau hangat untuk menambah Stamina sebelum berangkat.

Tepat pukul 12 malam kami berangkat menuju Puncak Mahameru bersama rombongan dari Solo. Hanya di temani senter yang ada di tanggan, kami menembus gelapnya malam. Udara yang menusuk tulang kami hiraukan dan tetap melangkah secara berlahan dengan interval rapat.Tak selang berapa lama kami berjalan dari kalimati lalu terlhat semacam sungai yang menjadi jalur lahar ketika semeru meletus. Mungkin ini yang di sebut Kali (sungai) mati yang tidak ada airnya. Setelah menyebrangi kali mati, kami mulai memasuki hutan cemara, yach..Inilah hutan Arcopodo.

Jalur yang sempit dan curam, membuat kami semakin tertantang untuk segera menaklukan hutan Arcopodo. Melewati hutan Arcopodo butuh kewaspadaan extra, jurang ada di sebelah kanan-kiri. Udara yang menipis membuat kami mudah terengah-engah.

Akirnya kami sampai juga di ujung Arcopodo,terdapat jembatan batu alami yang menjadi penghubung sekaligus menjadi batas antara vegetasi terakhir Arcopodo dengan pasir Mahameru.

Bismillah, dengan langkah mantap kami menginjakkan kaki di pasir Mahameru. Setiap 2 langkah kaki menginjak pasir, pasir melorot 1 langkah, memang butuh tenaga ekstra untuk bisa melewati gunung pasir ini.

Awalnya kami berangkat secara gerombolan dari Kalimati namun akhirnya kami berpencar juga ketika mencapai gunung pasir. Track semakin tidak bersahabat, untuk melewati gunung pasir yang labil, kami hanya di temani senter mungil di tanggan, sulit rasanya menjaga keseimbangan tubuh dengan tanggan kanan membawa senter, namun tidak ada pilian lain, hanya senter menjadi satu-satunya penerangan kami.

Di tenggah-tenggah pendakian, langit mulai terang sedikit demi sedikt.Subhanallah, sebelum sampai puncak, kita di suguhkan pemandangan yang begitu Indah. Saya sempat menikmati pemandangan yang begitu indah beberapa saat sembari melepas lelah, saya duduk di tenggah-tengga padang pasir dan meminum beberapa teguk air yang sudah di siapkan dari kalimati.

Langit semakin terang, saya pun memutuskan untuk melanjutkan pendakian, Pasir semakin labil,semakin sulit rasanya kaki ini untuk melangkah, sesekali saya merangkak untuk mempermudah langkah saya. semakin ke atas, oksigen semakin menipis dan udara semakin dingin, ini membuat saya mudah capek.Di tambah lagi turunnya gerimis membuat badan semkin mengigil. Satu per satu pendaki memutuskan untuk tidak melanjutkan pendakian dan turun kembali di karenakan tidak kuat dengan track yang begitu mananjak dan melelahkan. Terbesit di benak saya untuk kembali ke kalimati menginggat kondisi yang semakin tidak mendukung.

kami bertiga (Saya, Ifan Agus dan ReLya Bagus Ariesta) berdiskusi sejenak untuk memutuskan apakah melanjutkan pendakian atau kembali ke Kalimati. Setelah kami berdiskusi sejenak di tenggah-tengga udara dingin yang menusuk tulang,kami memutuskan saya dan Ifan Agus P kembali ke Kalimati dan ReLya Bagus Ariesta menyusul Irma NL JinggoJinggo yang sudah sampai puncak terlebi dahulu.

Terbesit di benak saya sebuah penyesalan karena sudah menganggap remeh pendakian ini dan kurang dalam mempersiapkan perbekalan sebelum pendakian sehingga mengakibatkan gagalnya saya menuju puncak tertinggi di pulau Jawa.Namun, saya yakin, suatu kelak nanti, Saya pasti berhasil menaklukan puncak Mahameru.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS